Riau (6/12). Madu adalah subtansi makanan manis dan kental yang dibuat oleh lebah madu dan beberapa serangga lain. Lebah menghasilkan madu dari sekresi gula tumbuhan (nektar bunga) atau dari sekresi serangga lain (seperti honeydew atau madu serangga). Madu terbentuk melalui regurgitasi, aktivitas enzimatik, dan penguapan air. Lebah menyimpan madu dalam struktur lilin yang disebut sarang lebah. Variasi madu yang dihasilkan oleh lebah madu (genus Apis) adalah madu yang paling terkenal, karena diproduksi secara komersial dan paling banyak dikonsumsi di seluruh dunia. Madu dikumpulkan dari koloni lebah liar, atau dari sarang lebah peliharaan peternakan lebah.
Pada Minggu, 14 November yang lalu, LDII Riau berkunjung ke salah satu Unit Pengolahan Madu di Perawang, Kecamatan Tualang Kabupaten Siak Provinsi Riau. Pada kesempatan itu, LDII Riau berkesempatan untuk melihat langsung proses peternakan madu hingga pengolahan madu. Madu di Kecamatan Tualang ini merupakan madu bersumber dari Pohon Akasia yang dibudayakan untuk diambil kayunya sebagai sumber industri pengolahan kertas di PT Indah Kiat Provinsi Riau.
Madu akasia secara luas dianggap sebagai salah satu jenis madu terbaik di dunia. Madu akasia, seperti kebanyakan jenis madu organik khusus lainnya, murni berasal dari nektar bunga pohon belalang hitam. Dilansir dari organicfacts.net dan healthline.com. berikut beberapa manfaat madu Akasia bagi kesehatan tubuh:
1. Kaya akan antioksidan
2. Bantu turunkan berat badan
3. Miliki sifat antibakteri alami
4. Baik untuk perawatan kulit
5. Cegah penyakit kronis
6. Tingkatkan sistem kekebalan tubuh
DPW LDII Riau melalui Koperasi Rizki Barokah Madani sebagai jembatan komunikasi Usaha Bersama (UB) yang ada di Provinsi Riau dengan Pemerintah. Koperasi ini terus berupaya untuk menggali potensi-potensi yang ada dan nantinya diharapkan mampu untuk membangkitkan dan menyukseskan UB. Salah satunya dengan mencari varietas produk yakni salah satunya madu. Produk Madu Akasia dari Perawang ini sudah menjadi unggulan saat ini.
Ketua DPW LDII Riau Imam Suprayogi mengatakan LDII sebagai Ormas Islam sangat konsen dengan masalah ekonomi. “Hal itu merupakan salah satu bagian penting dari delapan kluster kontribusi LDII untuk bangsa,” ujarnya.
Menurutnya, ormas sebagai penghubung antara produsen penghasil madu dan masyarakat. Selain itu, pemanfaatan teknologi melalui E-Commerce bisa menjadi jembatan UMKM seperti UB dalam membesarkan pangsa pasar bisnisnya. UB diharapkan mempunyai pangsa pasar yang baru. Sehingga dalam kondisi apapun UB mampu bertahan dan tangguh dalam menghadapi masalah yang ada, mampu menyerap tenaga kerja. Dan akhirnya membuat kondisi dimana Ormas Islam mampu memberikan pemberdayaan ekonomi dalam masyarakat.
Namun untuk menciptakan kondisi ini LDII tidak berjalan sendiri. Adanya stakeholder yakni Majelis Ulama Indonesia, pemerintah dalam hal ini anggota DPR merupakan aspek yang saling mempunyai ketergantungan di dalamnya. Oleh karenanya perlunya kemitraan lebih lanjut semisal MUI dalam proses perizinan halal, dan DPR dalam upaya membantu dalam penganggaran dalam mendukung unit bisnis untuk saling sinergi.
Selaras dengan itu, Ketua Tim Pengawas Usaha Bersama (UB) Provinsi Riau. H. Firdaus, S.E menyampaikan seiring dengan menggali potensi UB yang ada di Provinsi Riau dengan mengunjungi peternak madu Akasia.
“Ke depan UB yang ada di Provinsi Riau diarahkan menjadi marketing dari produk madu ini. Ini menjadi starting awal penting untuk memulai semangat baru UB di Provinsi Riau. Mewujudkan mimpi bersama yakni mampu membangun ekonomi umat. Tidak menutup kemungkinan memulai usaha madu dari rantai produksi, distribusi, pemasaran atau pengolahan hasil akhir,” ujarnya.
Oleh: Mhd Arief Hasan (contributor) / Faqihu Sholih (editor)