Home / Nasional / World Cleaning Daya, Langkah LDII Wujudkan Perubahan Lingkungan Bersih

World Cleaning Daya, Langkah LDII Wujudkan Perubahan Lingkungan Bersih

 

Jakarta – Seperti yang kita ketahui bersama, peringatan World Cleanup Day (WCD) 2021 mulai marak dari tahun ke tahun seiring dengan terus meningkatnya pengaruh perubahan lingkungan hidup dalam skala global.

LDII sebagai Ormas Islam di Indonesia turut menyemarakkan kegiatan tersebut. Tidak tanggung-tanggung, ketua Umum DPP LDII bahkan mengeluarkan Surat Edaran Ke DPW dan DPD provinsi dan Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia untuk berpartisipasi dalam acara tersebut melalui kegiatan gerakan aksi pilah sampah.

Dari sisi filosofi, Memayu Hayuning Bawana secara gramatikal bisa kita maknai sebagai “Mempercantik Indahnya Dunia”. Kata ‘Ayu’ atau ‘Hayu’ sebagai turunan kata ‘Rahayu’ bisa juga dimaknai ‘selamat’, ‘keselamatan’, atau ‘tanpa ada gangguan apapun’. Dalam konsep Budaya Jawa sebagai budaya daerah, yang juga sekaligus sebagai akar budaya Nasional, konsep ini lebih dikenal sebagai konsep cinta Lingkungan.

Bahkan lebih dari itu, orang jawa dalam kosmologi Jawa (Suwardi Endraswara,2013) memandang ‘bawana’ ini sebagai ‘Jagad Rame’ tempat manusia hidup dalam realitas, tanaman, ladang, dan sekaligus taman hidup setelah mati.

Jika kita resapi lebih dalam, konsep Cinta lingkungan tersebut tentunya merujuk pada sebuah sikap dan perilaku, yang diawali dari lingkungan jiwa raga, lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, dan lingkungan yang lebih luas yaitu bumi pertiwi, hingga sampai endingnya yaitu lingkungan di alam setelah kematian.

Cinta lingkungan dalam ranah jiwa raga, merupakan konsep dasar dalam Islam. Islam sangat konsen dalam hal kesucian dan kebersihan diri, yang lazim kita kenal dengan Thoharoh. Ratusan lebih dalil-dalil yang berkaitan dengan konsep ini.

???????????????? ???? ??????????? ? ???? ???? ?????? ????????????? ??????????? ??? ???????????? ????? ??????????????? ?????? ?????????? ? ??????? ??????????? ????????????? ???? ?????? ?????????? ??????? ? ????? ??????? ??????? ??????????????? ????????? ??????????????????

Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah:”Haidh itu adalah suatu kotoran”. Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintakan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. (QS. Surat Al Baqarah: 222).

Dan masih banyak dalil-dalil yang senada dengan dalil di atas, tentang bersuci, dari hadas besar, maupun kecil, baik bersumber dari Alquran maupun Alhadist.

Bahkan sholat sebagai kewajiban dasar ibadah umat islam, selalu diawali dengan bersuci, berwudhu. Selain itu Nabi Muhammad SAW juga telah meneladani melalui hadist-hadistnya, tentang adab cinta lingkungan kepada diri sendiri, seperti: bersiwak, memakai pakaian yang bersih dan suci, makan secara teratur, dsb, dan menyeimbangkannya dengan kebersihan jiwa dengan beribadah, sholat, puasa, dzikir, menderes, saling menasihati, dan ibadah lainnya, baik yang wajib maupun sunah. Konsep inilah yang orang jawa sering menyebutnya dengan istilah Memayu Rahayuning Jiwa.

Mengutip kata-kata Pak KH Chriswanto (Ketum DPP LDII), “Persoalan sampah itu seharusnya bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, karena sampah berawal dari kita, masyarakat, dan kita yang berada di ujung itu harus melakukannya secara bijak”. Keluarga dan masyarakat merupakan awal dari persolan sampah.

Maka penanaman dan pembiasaan memilah sampah, jika diawali dari tingkat keluarga ini, akan menjadi kebiasaan di masyarakat, yang jika dilakukan secara berkala dan terus-menerus, ini akan menjadi sebuah tradisi dan budaya, budaya memilah sampah. Momen WCD 2021 ini saya kira tepat, sebagai momen untuk memulai kembali tradisi ini. Kebersihan lingkungan keluarga dan menjalar ke ranah cinta lingkungan di tempat ibadah, di lingkungan RT, RW, Desa/kelurahan, hingga terus menjalar ke masyarakat luas. Ini juga sudah dilakukan oleh nenek moyang kita, yang orang Jawa menyebutnya dengan istilah Memayu Rahayuning Keluarga, Memayu Hayuning Sesama.

Lebih luas, kita tentu kenal dengan istilah sabuk Bumi, system mengolah tanah dengan model terassiring, untuk mengurangi pengikisan tanah di lereng pegunungan dan dataran tinggi. Atau kita tidak asing dengan istilah gotong royong yang istilah ini sudah merebak ke seluruh penjuru tanah air sebagai system kerjasama dalam usaha ‘mempercantik indahnya dunia’ di masyarakat, mulai dari kebersihan lingkungan, membangun rumah warga, membangun tempat ibadah, memperbaiki jalan, saluran air, selokan, dalam kegiatan di sawah ladang, dan gotong royong lainnya.

Ada lagi istilah local wisdom ‘kearifan local’, yang akhir-akhir ini juga marak diperbincangkan dalam rangka mendongkrak wisata tradisi di daerah-daerah terpencil di Indonesia. Dan masih banyak konsep-konsep lainya yang berkembang di masyarakat, yang kini menjadi tradisi yang mendunia, dan luar biasa pengaruhnya bagi lingkungan hidup.

“Memayu Rahayuning Jiwa, Memayu Rahayuning Keluarga, Memayu Hayuning Sesama” semua adalah konsep dasar dari “Memayu Hayuning Bawana”. Konsep cinta lingkungan secara global, dan kini diawali dengan langkah kecil warga LDII, ‘memilah sampah’ dalam momen yang tepat World Cleanup Day 2021.

Ketika ini diniati mukhlis, Lillah, semata karena Allah, pasti Allah akan menurunkan Rohmadnya. Sekaligus ini adalah perwujudan Spiritualitas budaya. Mengemas budaya dalam tradisi spiritual Islam-Jawa. Semoga Allah meridhoi.

Oleh: Marsono Reso Diono (contributor) / Fachrizal Wicaksono (editor)

About penulis penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *