Home / Nasional / LDII DIY Dukung Konsep “Open Museum”, Dorong Kampung Iklim Jadi Ruang Belajar Budaya

LDII DIY Dukung Konsep “Open Museum”, Dorong Kampung Iklim Jadi Ruang Belajar Budaya

 

Yogyakarta – Konsep “open museum” atau museum terbuka yang digagas Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon, mendapat dukungan penuh dari Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) DIY. Ketua LDII DIY, Atus Syahbudin, melihat potensi besar dari konsep ini dalam memperkaya kehidupan masyarakat dan melestarikan budaya.

Atus yang juga merupakan inisiator Living Museum ProKlim Sangurejo, Sleman, meyakini bahwa pengembangan kampung iklim dapat menjadi salah satu bentuk implementasi “open museum”. “Kampung Iklim tidak hanya sekadar tempat tinggal, tetapi juga menjadi ruang belajar yang menarik tentang lingkungan dan budaya,” ujar Atus.

Sangurejo, yang telah meraih penghargaan Program Kampung Iklim (ProKlim) Utama, telah berhasil mengintegrasikan berbagai kegiatan edukasi lingkungan dengan konsep museum. Mulai dari pemanfaatan air hujan, pengelolaan sampah, hingga pembuatan produk-produk ramah lingkungan, semuanya disajikan dengan cara yang menarik dan interaktif.

“Kami ingin menunjukkan bahwa pelestarian lingkungan dan budaya bisa dilakukan dengan cara yang menyenangkan,” tambah Atus.

Rencana Besar LDII DIY

Tidak hanya di Sangurejo, LDII DIY juga memiliki rencana besar untuk mengembangkan konsep “open museum” di berbagai wilayah di DIY. Sejumlah lokasi seperti Kedung Pedhut di Kulonprogo, Desa Kranggan di Bantul, Desa Plosokerep di Gunungkidul, dan Umbulharjo di Kota Yogyakarta, telah ditargetkan untuk menjadi kampung iklim yang juga berfungsi sebagai ruang belajar budaya.

“Kami akan bekerja sama dengan pemerintah daerah dan masyarakat setempat untuk mewujudkan rencana ini,” tegas Atus.

Dengan adanya kampung iklim yang berkonsep “open museum”, diharapkan masyarakat dapat lebih mudah mengakses dan memahami warisan budaya mereka. Selain itu, konsep ini juga dapat menjadi daya tarik wisata yang unik dan berkelanjutan.

Dukungan LDII DIY terhadap konsep “open museum” menunjukkan bahwa pelestarian budaya dan lingkungan dapat dilakukan melalui berbagai cara yang kreatif dan inovatif. Dengan melibatkan masyarakat secara aktif, diharapkan upaya pelestarian budaya dan lingkungan dapat berjalan lebih efektif dan berkelanjutan.

Oleh: Sukina Sukina (contributor) / Fachrizal Wicaksono (editor)

Kunjungi berbagai website LDII

DPP, DPP, Bangkalan, Tanaroja, Gunung Kidul, Kotabaru, Bali, DIY, Jakpus, Jaksel, Jateng, Kudus, Semarang, Aceh, Babel, Balikpapan, Bandung, Banten, Banyuwangi, Batam, Batam, Bekasi, Bengkulu, Bontang, Cianjur, Clincing, Depok, Garut, Jabar, Jakarta, Jakbar, Jakut, Jambi, Jatim, Jayapura, Jember, Jepara, BEkasi, Blitar, Bogor, Cirebon, Kalbar, Kalsel, Kaltara, Kalteng, Karawang, Kediri, Kendari, Kepri, ogor, Bogor, Kutim, Lamongan, Lampung, Lamtim, Kaltim, Madiun, Magelang, Majaelngka, Maluku, Malut, Nabire, NTB, NTT, Pamekasan, Papua, Pabar, Pateng, Pemalang, Purbalingga, Purwokerto, Riau, Sampang, Sampit, Sidoarjo, Sukoharjo, Sulbar, Sulsel, Sultra, Sumbar, Sumsel, Sumut, Tanaban, Tangsel, Tanjung Jabung Barat, Tegal, Tulung Agung, Wonogiri, Minhaj, Nuansa, Sako SPN, Sleman, Tulang Bawang, Wali Barokah, Zoyazaneta, Sulteng

About penulis penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *