Gresik (4/1). Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Kabupaten Gresik, Jawa Timur, menggelar rapat konsolidasi. Hadir dalam rapat itu pengurus DPD LDII Kab. Gresik dan juga Persinas ASAD dan Sentra Komunikasi (Senkom) Mitra Polri. Tujuan pertemuan ini untuk memperkuat hubungan antar organisasi dalam mengisi pembangunan, Minggu (24/12).
Ketua DPD LDII Gresik H. Abdul Muis mengatakan, seiring dengan pesatnya perkembangan zaman, masuk di era digitalisasi, narrative war atau perang narasi sedang berlangsung demikian hebat, tak mengenal siapa kawan dan siapa lawan. “Perang narasi sedemikian masif terjadi di media sosial. Narasi yang dilontarkan ditelan begitu saja. Telaah dan verifikasi tidak lagi menjadi pegangan. Era sekarang adalah era dimana informasi hoax bertebaran,” ujar Muis.
Berdasarkan survey di era keterbukaan publik ini, siapa yang menguasai narasi maka dialah yang memegang kendali, katanya dalam pembukaan konsolidasi 3 organisasi itu. Lebih lanjut Abdul Muis menjelaskan bahwa algoritma media sosial tidak mengidentifikasi sebuah konten itu apakah mengarah pada narasi hoax atau tidak. Filterisasi diserahkan pada publik. Mereka yang lemah dalam literasi akan mudah ditelan narasi negatif dan hoax.
“Warga LDII adalah kader-kader intelektual terbaik untuk bisa menjadi agen perubahan dalam bermedia sosial yang positif (positive sosial media change agent). Untuk itu, warga LDII harus dibekali ilmu-ilmu agama serta tauladan dari para kyai dan guru akan berfungsi menjadi filter informasi baik dan buruk saat menerjunkan diri dalam bermedia sosial. Norma sosial dan ilmu kebajikan melekat dalam keseharian mereka (warga). Inilah kekuatan yang bisa menjadi panglima dalam menghadapi narrative war atau perang narasi di media sosial,” ujarnya.
Ia berharap, kedepan warga LDII terutama di kalangan generasi muda atau generasi penerus harus memiliki bekal ilmu jurnalistik, ilmu membuat narasi yang baik yang setiap kata memiliki makna yang bisa mempengaruhi publik. Secara literasi, santri sudah terbiasa berhadapan dengan tumpukan kitab, hanya saja untuk menyebarkan ilmu itu dibutuhkan kemampuan merangkai tulisan menjadi sebuah narasi.
“Dengan berbekal ngaji jurnalistik, Generus kita dapat mengcounter isu-isu miring yang menyerang kita, atau bahkan bukan hanya Generus saja yang di bekali itu, namun, semua warga yang berusia produktif,” sambung Muis.
Momen ditutup oleh Dewan Penasehat DPD LDII Kabupaten Gresik, Abu Said, pihaknya mengatakan bahwa diperlukan kolaborasi dan sinergi ini sangat bagus dan memberikan dampak luas.
Oleh: Rully Sapujagad (contributor) / Faqihu Sholih (editor)