Website Resmi LDII NTT | DPW LDII NTT Nusa Tenggara Timur
Tanah Bumbu (16/4). Didukung cuaca cerah, PC LDII Kecamatan Mantewe menggelar Salat Idul Fitri 1446 H pada Senin (31/3) di satu titik pusat, yakni di halaman Masjid Baitul Falah, Desa Bulurejo, Kecamatan Mantewe, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan.
Bertindak sebagai imam dan khatib adalah Ustaz Seno Hadi. Dalam khotbahnya, ia menguraikan makna fitri sebagai fitrah, yakni kondisi suci tanpa dosa setelah menjalani ibadah puasa selama satu bulan penuh. Ia pun mengajak warga LDII dan masyarakat untuk merenungkan makna fitrah tersebut dan berkomitmen menjaga kesuciannya dalam kehidupan sehari-hari.
Sekretaris PC LDII Mantewe, Nyadianto, membacakan ceramah singkat dari Ketua Umum DPP LDII, KH. Chriswanto Santoso, usai pelaksanaan salat dan khotbah. Dalam ceramah tersebut, KH Chriswanto menekankan pentingnya toleransi dan saling menghormati sebagai inti dari keberagaman yang dianugerahkan oleh Allah SWT.
Melalui Nyadi, LDII juga mengimbau agar masyarakat bijak dalam menggunakan media sosial, termasuk dalam berdakwah. Ia mengingatkan bahwa dakwah harus disampaikan dengan kalimat yang santun serta tetap memperhatikan tata krama dan etika.
“Tetaplah rendah hati, karena dalam pemahaman yang kita anggap benar, boleh jadi masih ada kekeliruan. Sebaliknya, dalam pemahaman orang lain yang kita anggap salah, bisa jadi masih terdapat kebenaran,” kata Nyadi.
Ia juga mengibaratkan media sosial seperti pisau, dapat berpahala bila digunakan untuk kemaslahatan, namun bisa berdosa bila digunakan untuk kejahatan. “Begitu pula media sosial, bisa mendatangkan pahala bila dipakai untuk saling menasihati, menjalin pertemanan dan persaudaraan, tapi bisa menjadi sumber dosa jika digunakan untuk mencaci maki dan menyebarkan permusuhan,” ujarnya.
“Semoga ibadah yang kita lakukan selama bulan Ramadan diterima Allah SWT dan membawa berkah bagi kita semua. Aamiin,” tutup Nyadi.
Pelaksanaan Salat Idul Fitri ini diikuti sekitar 400 jemaah dari beberapa desa di Kecamatan Mantewe, yakni Desa Bulurejo, Desa Dukuh Rejo, Desa Rejo Sari, Desa Suka Damai, dan Desa Sido Mulyo. (Rzq)
Oleh: Abdul Rozaq (contributor) / Firdaus (editor)
Kunjungi berbagai website LDII
DPP, DPP, Bangkalan, Tanaroja, Gunung Kidul, Kotabaru, Bali, DIY, Jakpus, Jaksel, Jateng, Kudus, Semarang, Aceh, Babel, Balikpapan, Bandung, Banten, Banyuwangi, Batam, Batam, Bekasi, Bengkulu, Bontang, Cianjur, Clincing, Depok, Garut, Jabar, Jakarta, Jakbar, Jakut, Jambi, Jatim, Jayapura, Jember, Jepara, BEkasi, Blitar, Bogor, Cirebon, Kalbar, Kalsel, Kaltara, Kalteng, Karawang, Kediri, Kendari, Kepri, ogor, Bogor, Kutim, Lamongan, Lampung, Lamtim, Kaltim, Madiun, Magelang, Majaelngka, Maluku, Malut, Nabire, NTB, NTT, Pamekasan, Papua, Pabar, Pateng, Pemalang, Purbalingga, Purwokerto, Riau, Sampang, Sampit, Sidoarjo, Sukoharjo, Sulbar, Sulsel, Sultra, Sumbar, Sumsel, Sumut, Tanaban, Tangsel, Tanjung Jabung Barat, Tegal, Tulung Agung, Wonogiri, Minhaj, Nuansa, Sako SPN, Sleman, Tulang Bawang, Wali Barokah, Zoyazaneta, Sulteng
