Cimahi (14/12). Bertempat di masjid Al-Munawaroh Kelurahan Melong, Cimahi, pengurus PC LDII Cimahi Selatan menyelenggarakan pengajian umum dengan mengundang ketua RT dan RW disekitar masjid Al-Munawaroh. Pengajian umum ini diselenggarakan dalam rangka untuk terus membina kefahaman agama bagi warga LDII dan simpatisan, serta mempererat kerukunan dengan warga sekitar.
Ketua PC LDII Cimahi Selatan H. Muhadi menyampaikan dalam sambutannya bahwa Warga LDII dituntut untuk dapat menguasai ilmu setinggi-tingginya, baik ilmu dunia apalagi ilmu akhirat. “Silahkan tuntut ilmu dunia setinggi-tingginya, tapi jangan abaikan ilmu akhirat, karena kita warga LDII dituntut untuk menjadi individu yang faham fakih alim (profesional sesuai bidangnya) dan berakhlakul karimah atau berakhlak mulia,” terangnya. Muhadi juga menekankan persoalan kerukunan antar umat beragama.
Perbedaan dalam urusan ibadah memang ada, tapi bukan untuk menjadikan permusuhan. Bahkan perbedaan-perbedaan itu harusnya menjadikan kita menjadi umat yang bijak. Maka ia mengajak warga LDII untuk bijak menyikapi cara ibadah orang lain. Harus dipahami bahwa selama cara ibadahnya masih dalam koridor Alquran dan Alhadits, tidak ada alasan untuk tidak diterima atau dianggap ibadah yang aneh hanya karena kita belum mengetahui ilmunya. “Susah kita mau ibadah kalau tidak bisa rukun,” pungkasnya.
Senada dengan ketua PC LDII Cimahi selatan, Ketua RW 12 Supardi juga menyampaikan untuk jangan mengkotak-kotakkan umat Islam. Menurutnya semua sama karena pedomannya adalah Alquran dan Alhadits. Dalam sambutannya ia menegaskan akan membantu warga LDII untuk menjelaskan pada masyarakat bahwa LDII itu sama dengan ormas Islam yang lainnya. Lebih spesifik lagi Supardi menjelaskan bahwa dirinya siap menjelaskan kepada warga sekitar bahwa LDII itu tidak eksklusif sebagaimana anggapan sebagian orang. Supardi berkesimpulan bahwa orang seperti itu adalah orang yang pemikirannya sempit.
Pada kesempatan yang sama, Wakil Ketua DPD LDII Kota Cimahi Fauzan Hadi yang juga hadir memberikan sambutan mewakili Ketua DPD LDII Kota Cimahi menyampaikan tentang program pembinaan berjenjang yang terus digalakkan oleh LDII. Pembinaan yang dimaksud adalah pembinaan agama yang dimulai dari pembinaan usia dini, usia remaja, usia dewasa hingga lansia.
Fauzan juga memaparkan upaya kontribusi LDII untuk bangsa. Diantaranya ada 8 klaster kontribusi LDII yaitu; Kebangsaan, Dakwah, Pendidikan, Ekonomi Syariah, Kesehatan Herbal, Ketahanan Pangan dan Lingkungan, Teknologi Digital, Energi Baru Terbarukan. Melalui upaya tersebut, Fauzan berharap agar semua warga LDII mengoptimalkan segala potensinya untuk dapat berkontribusi bagi setidaknya untuk masyarakat disekitarnya.
Sesi inti dalam pengajian umum PC LDII Cimahi Selatan tersebut adalah mendengarkan nasehat agama dari Ketua MUI Cimahi Selatan, H. Wawan Setiawan. Ia menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya acara. Saat memberi tausiyah, Wawan mengingatkan para jamaah pengajian yang hadir tentang kisah Nabi Yunus AS. Kesabaran nabi Yunus dalam berdzikir dan berdoa yang akhirnya mendapat pertolongan Allah saat Nabi Yunus ditelan ikan di lautan. Ketua MUI Cimahi Selatan itu menerangkan bahwa berdoa tidak boleh bosan dan harus dilanggengkan (dilaksanakan terus-menerus). Karena doa juga dihitung sebagai ibadah oleh Allah. Bahkan doa adalah sesuatu yang paling mulya bagi Allah. “Ingat bagaimana singgasana ratu Bilqis dapat pindah kedalam kerajaan nabi Sulaiman hanya sekejap mata? itu adalah kekuatan doa”, terangnya.
Ia juga berpesan agar para jamaah menyayangi orang tuanya terutama ibu. Merujuk cerita Uwais Al-Qarni, pemuda miskin yang tidak banyak orang kenal di zaman Nabi Muhammad SAW, Namun ahli langit sangat mengenal pemuda ini karena amalan Uwais Al-Qarni yang begitu menyayangi ibunya. H. Wawan juga berpesan agar betul-betul menjauhi segala keharaman. “Menjauhi keharaman merupakan salah satu syarat doa kita terkabul. Tempat yang mustajab dan waktu yang mustajab tidak ada manfaatnya jika daging kita tumbuh dari yang haram,” ujarnya.
Oleh: Musta’in Saja (contributor) / Noni Mudjiani (editor)