Bandar Lampung (11/3). DPW LDII Lampung melaksanakan pemantauan hilal awal Ramadan 1445 H di beberapa titik lokasi. Di antaranya, di Taman Alat MKG Institut Teknologi Sumatera, Pusat Observasi Bulan (POB) Bukit Gelumpai Rajabasa Lampung Selatan dan Bukit Canti Kalianda Lampung Selatan.
Tim Pengamat Hilal LDII Lampung, Yusuf Assiddiqy menjelaskan, tim menyampaikan hasil pengamatan hilal pada unit pemerintah, sebagai masukan sidang isbat, untuk menentukan tanggal 1 Ramadan.
“Kami mengamati ambang visibilitas (kenampakan) bulan sebagai fungsi dari elongasi terhadap ketebalan sabit bulan. Sabit bulan yang tampak setelah matahari terbenam pada tanggal tersebut dikenal sebagai hilal,” ujarnya.
Ia melanjutkan, pengamatan menggunakan tiga buah teleskop, di antaranya teleskop pintar ZWO Seestar S50 (otomatis), Celestron Nexstar 6se 150Mm F/10 (otomatis), dan HScope 80mm f/5 EQ Set (manual).
“Citra yang ditangkap oleh kamera kemudian diproses menggunakan aplikasi pengolahan citra untuk meningkatkan kualitas tampilan sabit bulan,” kata Yusuf.
Yusuf menjelaskan, data hilal Ramadan 1445 H didapatkan dari hasil perhitungan peneliti BMKG. “Data ini menunjukkan elongasi bulan dan matahari dalam geosentrik merentang antara 2,2° – 2,8° sedangkan dalam toposentrik merentang antara 1,6° – 2,1° dan ketinggian bulan merentang antara -1,0° hingga 0,5°,” katanya.
Ketua Biro Pendidikan Agama dan Dakwah (PAD), DPW LDII Lampung, Iswanto mengungkapkan, standar penentuan hilal, adalah 3 derajat. “Hasil pengamatan, ketinggian hilal belum memenuhi syarat. Karena itu, Sya’ban disempurnakan menjadi 30 hari,” pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Kantor Wilayah Kemenag Lampung, Puji Raharjo melaporkan, hilal baik menggunakan pengelihatan mata secara langsung, maupun teleskop belum memenuhi syarat. “Posisi hilal 0,41 derajat. Karena hilal di bawah 3 derajat, maka hilal tidak diterima, dan puasa 1 Ramadan 1445 H jatuh pada Selasa, 12 Maret 2024,” tutupnya. (Yusuf Hizbulloh/Ifa).