Yogyakarta (3/5). Ketua Umum DPP Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), Chriswanto Santoso, menegaskan pentingnya peran media dalam menghadapi era post truth—sebuah era ketika opini pribadi kerap lebih dipercaya daripada fakta. Dalam acara “Silaturahim Syawal KIM dan LINES DPP LDII” yang digelar Minggu, 20 April 2025, Chriswanto menyebut bahwa derasnya arus informasi digital membawa tantangan besar bagi media dan masyarakat.
“Era digital ini ibarat pisau bermata dua. Ia bisa menjadi alat edukasi publik yang luar biasa, tapi juga bisa menyebarkan informasi keliru yang dikemas sebagai kebenaran,” kata Chriswanto dalam sambutannya. Ia menekankan bahwa media harus menjadi garda depan dalam menyampaikan informasi berdasarkan kebenaran dan kejujuran.
Chriswanto mengingatkan bahwa komunikasi yang tidak tepat bisa menimbulkan kesalahpahaman. Menurutnya, narasi yang dibungkus secara emosional cenderung lebih dipercaya ketimbang data dan fakta objektif. “Media harus hadir sebagai penjernih informasi. Kalau tidak, maka hal yang sebenarnya positif bisa dipelintir menjadi negatif dan membentuk stigma yang salah,” lanjutnya.
Ia juga menyampaikan bahwa LDII tidak kebal dari fenomena post truth. “LDII sering menjadi sasaran narasi yang tidak akurat. Karena itu, keberadaan Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) dan LDII News Network (LINES) sangat strategis dalam menyampaikan informasi yang faktual dan membangun pemahaman publik yang benar,” kata Chriswanto. Ia menambahkan bahwa DPP LDII memberi keleluasaan kepada KIM dan LINES untuk berdakwah secara digital melalui konten yang berkualitas.
Ketua DPP LDII, Rulli Kuswahyudi, turut menyoroti pentingnya membangun narasi positif di ruang publik. Ia menjelaskan bahwa pembentukan LINES merupakan bentuk konkret LDII dalam menghadapi era post truth. “Kami ingin menyampaikan narasi tentang LDII secara jujur, objektif, dan membangun. Dunia maya kini adalah ladang dakwah baru yang harus dimaksimalkan,” ujarnya.
Rulli menekankan bahwa media sosial dan media massa merupakan alat utama untuk memperkuat citra organisasi dan membentuk karakter generasi muda. Ia juga menyoroti pentingnya kekompakan dan dukungan keluarga bagi para pegiat media di internal LDII. “Keberhasilan LINES tidak bisa berdiri sendiri. Dibutuhkan semangat kolektif dari seluruh tim dan lingkungan yang mendukung,” tambahnya.
Sementara itu, Ketua Biro KIM DPW LDII DIY, Sukina, menyebut bahwa tantangan post truth sangat terasa di level daerah. Ia mendorong para pegiat media LDII di seluruh Indonesia untuk hadir sebagai produsen konten positif. “KIM dan LINES harus menjadi garda terdepan dalam memperkuat citra LDII dan menyampaikan informasi terpercaya di tengah derasnya disinformasi,” ujarnya. Ia juga mengajak kader muda untuk aktif mengisi ruang digital dengan narasi yang membangun dan mencerahkan.
Dengan penekanan pada penguatan literasi digital, LDII berharap masyarakat tidak hanya menjadi konsumen informasi, tetapi juga mampu memilah, mengkritisi, dan memproduksi konten yang berdampak positif bagi kehidupan sosial dan keagamaan.
Oleh: Andhika Widiasto (contributor) / Fachrizal Wicaksono (editor)
Kunjungi berbagai website LDII
DPP, DPP, Bangkalan, Tanaroja, Gunung Kidul, Kotabaru, Bali, DIY, Jakpus, Jaksel, Jateng, Kudus, Semarang, Aceh, Babel, Balikpapan, Bandung, Banten, Banyuwangi, Batam, Batam, Bekasi, Bengkulu, Bontang, Cianjur, Clincing, Depok, Garut, Jabar, Jakarta, Jakbar, Jakut, Jambi, Jatim, Jayapura, Jember, Jepara, BEkasi, Blitar, Bogor, Cirebon, Kalbar, Kalsel, Kaltara, Kalteng, Karawang, Kediri, Kendari, Kepri, ogor, Bogor, Kutim, Lamongan, Lampung, Lamtim, Kaltim, Madiun, Magelang, Majaelngka, Maluku, Malut, Nabire, NTB, NTT, Pamekasan, Papua, Pabar, Pateng, Pemalang, Purbalingga, Purwokerto, Riau, Sampang, Sampit, Sidoarjo, Sukoharjo, Sulbar, Sulsel, Sultra, Sumbar, Sumsel, Sumut, Tanaban, Tangsel, Tanjung Jabung Barat, Tegal, Tulung Agung, Wonogiri, Minhaj, Nuansa, Sako SPN, Sleman, Tulang Bawang, Wali Barokah, Zoyazaneta, Sulteng