Jakarta (10/2). DPP LDII menghadiri acara International Conference on Islamic Studies in Humanity and Diversity. Acara itu diselenggarakan oleh STAI Al Aqidah al Hasyimiyah berkerjasama dengan Masjid Istiqlal, Jakarta. Hadir sebagai keynote speaker Prof Nasaruddin Umar.
Sementara hadir sebagai pembicara adalah Direktur Islamic Center Republik Islam Iran, Prof Syaikh Hakim Ilahi, Prof. Dr. Dede Rosyada (UIN Syarif Hidayatullah) KH. Yusuf Aman, Sekretaris MUI DKI Jakarta Prof Harapandi Dahri (Brunei Darussalam), Rowan Gourd (Australia) TGKH. Muslihan Habib, ( STAI al Aqidah Al Hasyimiyah).
Acara berlangsung di aula VVIP Al fatah Masjid Istiqlal, Selasa (31/1/2023). Acara tersebut dibuka oleh Walikota Jakarta Pusat yang diwakili Kasie Kesra Fahmi. Dalam sambutannya, Fahmi mengatakan bahwa acara conference semacam ini harus terus ditingkatkan sebagai bentuk toleransi beragama dari berbagai negara.
Sementara itu, Laksamana Asep Syaifuddin yang mewakili Masjid Istiqlal mengatakan bahwa Masjid Istiqlal terbuka bagi umat Islam yang ingin menyelenggarakan kegiatan serupa apalagi toleransi beragama, “Istiqlal sangat mendukung acara tersebut,” ungkapnya.
Dalam kesempatan itu, Sekretaris MUI DKI Yusuf Aman menyambut baik kegiatan conference itu, karena sejatinya Islam sejak lahir yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, sudah mengangkat yang namanya toleransi beragama. Toleransi manusia dengan manusia harus diyakini sebagai suadara. “Dalam Islam ada yang namanya ukhuwah, persamaan dalam kelahiran. Juga ada ihwanun (saudara seiman) ihwatun (saudara sekandung). Saudara seiman lebih kokoh dari saudara sekandung. Maka umat Islam perlu menjaga dengan tawadhu atau menjaga keseimbangan. Konsep dakwah islam merangkul orang, bukan memukul,” ujarnya.
Sementara itu, Anggota Departemen Hubungan Antar Lembaga dan Luar Negeri Roy Sukarjan mengatakan, kegiatan itu sangat positif dalam membentuk Indonesia yang moderat. Toleransi antar umat beragam seharusnya suda mendarahdaging bagi umat Islam.
“Kegiatan ini sangat menarik dan saya mengapresiasi. Indonesia memiliki beragam suku, agama, ras dan budaya, untuk itu, toleransi merupakan sebuah harga mati. Jangan menjadikan perbedaan sebagai perpecahan, tapi jadikanlah sebagai pijakan membangun Indonesia yang moderat,” ujarnya.
Oleh: Roy Sukarjan (contributor) / Faqihu Sholih (editor)