Kulon Progo (31/12). Akhir tahun biasanya identik dengan pesta atau kegiatan yang kurang bermanfaat. Namun, LDII Kulon Progo melalui Penggerak Pembina Generus (PPG) punya cara berbeda, yakni dengan menggelar Ngaji Akhir Tahun, sebuah acara sarat makna bertajuk Angkringan Menoreh yang digelar di Masjid Al Hidayah, Pagerharjo, Samigaluh, Kulon Progo pada Selasa (31/12) hingga Rabu (1/1).
Ngaji akhir tahun merupakan upaya pembinaan kepada generasi muda LDII, khususnya dalam hal akhlak, ilmu agama, dan kemandirian. “Pengajian akhir tahun ini bukan dalam rangka memperingati malam tahun baru, tapi upaya untuk menjaga generasi muda dari kegiatan perayaan tahun baru yang umumnya dipenuhi dengan hura-hura,” ungkap Susanto selaku Wanhat. Lebih lanjut, Susanto memotivasi pemuda untuk mengamalkan 29 karakter luhur. “Perkuat karakter luhur agar menjadi orang luhur. Dimulai dari kita, mulai hal-hal kecil. Jadilah agen perubahan di lingkungan masing-masing,” tegasnya.
Acara Positif bagi Generasi Muda
Ketua panitia, Andwika Adin Bagaswara, mengungkapkan, acara yang berlangsung dari sore hingga pagi ini diikuti oleh 380 pemuda dan pemudi LDII Kulon Progo, usia SMA hingga 30 tahun. “Kami ingin generasi muda LDII mengisi pergantian tahun dengan hal yang positif. Suasana boleh santai, tapi tetap penuh makna dan berkesan mendalam,” ungkap Bagas.
Tema “Angkringan Menoreh” menggambarkan kehangatan kebersamaan seperti angkringan, dipadukan dengan ketenangan Pegunungan Menoreh yang memulihkan semangat. “Kita rancang suasana yang berbeda, diharapkan generus enjoy dalam mengikuti acara ini,” tegasnya. Bagas menambahkan, kegiatan ini dikemas santai namun penuh makna. Dimulai dengan pengajian sesudah Maghrib, muda-mudi LDII diajak agar jangan terpengaruh pada dekadensi moral. “Hati-hati terhadap pengaruh kerusakan akhir zaman. Tahun 2025, tantangan yang akan kalian hadapi jauh lebih berat daripada tahun ini,” tegas Ustadz Abdur Rochim dari Bidang Pendidikan, Agama, dan Dakwah DPD LDII Kulon Progo.
Konsep Interaktif dengan Nuansa Angkringan
Acara inti Ngaji Akhir Tahun mengusung konsep Angkringan Menoreh, di mana panggung dirancang menyerupai angkringan sesungguhnya, lengkap dengan makanan dan minuman sederhana yang khas. Dalam suasana santai dan hangat, para narasumber, yaitu Harun, Teguh Fidinillah, Saifu Nurrohman, dan Setiyoko, berbincang interaktif dengan peserta.
Keempat narasumber membahas topik-topik kekinian yang relevan dengan kehidupan generasi muda, seperti pergaulan remaja yang sehat, menjaga hubungan antara laki-laki dan perempuan sesuai nilai agama, serta tantangan moral yang dihadapi di era digital. Istilah kekinian semisal HTS (hubungan tanpa status) dan komitmen tanpa pacaran dibahas dengan bahasa santai dan diberi pencerahan dari sisi agama. Suasana angkringan ini tidak hanya menciptakan keakraban tetapi juga mempermudah peserta dalam menyerap materi yang disampaikan.
Acara Ngaji Akhir Tahun ini menjadi bukti bahwa malam tahun baru bisa diisi dengan kegiatan yang bermakna. Kebersamaan, ilmu, dan refleksi menjadi bekal berharga untuk menjalani tahun yang akan datang dengan lebih baik.
Oleh: Andhika Widiasto (contributor) / Fachrizal Wicaksono (editor)
Kunjungi berbagai website LDII
DPP, DPP, Bangkalan, Tanaroja, Gunung Kidul, Kotabaru, Bali, DIY, Jakpus, Jaksel, Jateng, Kudus, Semarang, Aceh, Babel, Balikpapan, Bandung, Banten, Banyuwangi, Batam, Batam, Bekasi, Bengkulu, Bontang, Cianjur, Clincing, Depok, Garut, Jabar, Jakarta, Jakbar, Jakut, Jambi, Jatim, Jayapura, Jember, Jepara, BEkasi, Blitar, Bogor, Cirebon, Kalbar, Kalsel, Kaltara, Kalteng, Karawang, Kediri, Kendari, Kepri, ogor, Bogor, Kutim, Lamongan, Lampung, Lamtim, Kaltim, Madiun, Magelang, Majaelngka, Maluku, Malut, Nabire, NTB, NTT, Pamekasan, Papua, Pabar, Pateng, Pemalang, Purbalingga, Purwokerto, Riau, Sampang, Sampit, Sidoarjo, Sukoharjo, Sulbar, Sulsel, Sultra, Sumbar, Sumsel, Sumut, Tanaban, Tangsel, Tanjung Jabung Barat, Tegal, Tulung Agung, Wonogiri, Minhaj, Nuansa, Sako SPN, Sleman, Tulang Bawang, Wali Barokah, Zoyazaneta, Sulteng