Home / Nasional / APSI Banten Gelar Seminar Pendidikan di Gedung LDII Banten

APSI Banten Gelar Seminar Pendidikan di Gedung LDII Banten

 

Serang (3/6). Asosiasi Pengawas Sekolah Indonesia (APSI) memperkenalkan pendekatan baru dalam pengelolaan kinerja guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah melalui seminar yang digelar di Gedung LDII Banten, Rabu (28/5). Seminar yang dipimpin oleh Ketua APSI Provinsi Banten Eko Supraptono, memfokuskan pada transformasi pengelolaan kinerja berbasis pendampingan yang mudah, bermakna, dan berdampak nyata.

Pendekatan ini mengedepankan filosofi “BERISI” (Basis Data, Ide, Solusi, Sederhana, dan Impactful), dengan menekankan pengelolaan kinerja yang tidak membebani administratif. Pengelolaan kinerja kini hanya dilakukan satu kali setahun tanpa proses unggah dokumen. Fokus utamanya adalah peningkatan kompetensi melalui praktik nyata yang berdampak langsung di kelas dan sekolah.

Ciri utama pengelolaan kinerja ini adalah kesederhanaannya. Administrasi yang sering kali menjadi kendala kini diminimalkan sehingga guru dan kepala sekolah dapat lebih fokus pada pembelajaran. Selain itu, indikator penilaian disesuaikan dengan kebutuhan lokal, memberikan fleksibilitas bagi pemerintah daerah dan atasan untuk menentukan prioritas.

Pengawas sekolah diharapkan berperan sebagai pelatih atau coach yang adaptif, kolaboratif, dan inovatif (AKI). Metode coaching menggunakan prinsip “COCOK” (Connection, Orientasi, Core, Other, Koherensi) dan diterapkan melalui percakapan coaching untuk membangun kemitraan dan refleksi kinerja. Coaching ini bertujuan untuk memotivasi, membimbing, dan mendukung kepala sekolah agar mencapai target yang diinginkan.

Seminar juga mengangkat pentingnya transformasi peran kepala sekolah sebagai CEO (Collaboration, Exploration, Orchestration) yang mampu memimpin ekosistem pembelajaran berkualitas. Kepala sekolah diminta untuk berperan aktif dalam merancang visi, misi, serta rencana kerja yang berbasis data. Siklus pengelolaan kinerja dirancang berlangsung selama 3 hingga 6 bulan dengan monitoring progres, umpan balik, dan evaluasi berkala.

Eko Supraptono menjelaskan bahwa filosofi “gelas” menjadi metafora penting dalam pendekatan ini. Gelas yang kosong melambangkan keterbukaan untuk belajar, sementara gelas yang penuh mengingatkan pentingnya berbagi pengetahuan dan pengalaman. Kombinasi ini menciptakan keseimbangan dalam pengembangan kinerja individu dan tim.

Salah satu tantangan yang dihadapi pengawas sekolah adalah memastikan efektivitas percakapan coaching. Banyak pengawas merasa ragu apakah metode mereka sudah tepat, sementara ada juga yang terlalu banyak memberikan solusi tanpa mendengarkan secara aktif. Oleh karena itu, prinsip-prinsip coaching seperti kemitraan, komunikasi dua arah, dan penggalian ide menjadi landasan utama.

Selain coaching, pengelolaan kinerja juga melibatkan metode lain seperti mentoring, training, facilitating, dan consulting. Kombinasi metode ini memberikan fleksibilitas dalam mendukung pengembangan kompetensi sesuai kebutuhan individu. Hasil dari pengelolaan kinerja ini diharapkan menciptakan dampak positif pada ekosistem pembelajaran di satuan pendidikan. Seminar ini juga menyoroti tantangan abad ke-21, di mana buta huruf tidak lagi hanya berarti ketidakmampuan membaca dan menulis, tetapi juga ketidakmampuan untuk belajar, merefleksi, dan mengubah kinerja.

Oleh karena itu, APSI menekankan pentingnya literasi data, numerasi, dan karakter dalam membangun generasi unggul. Dalam pendampingan kinerja, data menjadi elemen penting. Data primer, sekunder, dan tersier digunakan untuk menentukan baseline, memantau progres, dan mengevaluasi hasil. Alur percakapan coaching juga dirancang untuk eksplorasi data, elaborasi ide, dan aksi nyata yang terukur.

Transformasi ini tidak hanya berfokus pada individu tetapi juga pada penciptaan ekosistem layanan berkualitas di satuan pendidikan. Kepala sekolah diajak untuk menciptakan iklim yang aman, inklusif, dan kondusif bagi pembelajaran. Melalui siklus pengelolaan kinerja, kualitas pembelajaran, karakter, literasi, dan numerasi diharapkan meningkat secara signifikan.

Salah satu inovasi yang diperkenalkan adalah workshop refleksi untuk pengawas sekolah. Workshop ini dirancang untuk mengevaluasi efektivitas pendampingan yang telah dilakukan dan mencari solusi untuk perbaikan. Dengan pendekatan baru ini, peran pengawas sekolah mengalami transformasi dari sekadar pengontrol menjadi mitra strategis.

Pada akhir seminar, APSI mengajak semua peserta untuk terus belajar dari alam. Filosofi belajar dari kupu-kupu, lebah, elang, dan hewan lainnya menjadi inspirasi untuk menciptakan keseimbangan antara keterampilan (skillset), pola pikir (mindset), dan alat (toolset) dalam mencapai performa puncak. Pendekatan ini tidak hanya membawa harapan baru tetapi juga menuntut komitmen dari semua pihak.

Dengan slogan “Hasil yang luar biasa hanya bisa didapatkan dengan cara yang tidak biasa,” APSI optimis bahwa transformasi ini akan membawa pendidikan Indonesia menuju masa depan yang lebih baik.

 

Oleh: Bung Pream (contributor) / Uyun Kusuma (editor)

Kunjungi berbagai website LDII

DPP, DPP, Bangkalan, Tanaroja, Gunung Kidul, Kotabaru, Bali, DIY, Jakpus, Jaksel, Jateng, Kudus, Semarang, Aceh, Babel, Balikpapan, Bandung, Banten, Banyuwangi, Batam, Batam, Bekasi, Bengkulu, Bontang, Cianjur, Clincing, Depok, Garut, Jabar, Jakarta, Jakbar, Jakut, Jambi, Jatim, Jayapura, Jember, Jepara, BEkasi, Blitar, Bogor, Cirebon, Kalbar, Kalsel, Kaltara, Kalteng, Karawang, Kediri, Kendari, Kepri, ogor, Bogor, Kutim, Lamongan, Lampung, Lamtim, Kaltim, Madiun, Magelang, Majaelngka, Maluku, Malut, Nabire, NTB, NTT, Pamekasan, Papua, Pabar, Pateng, Pemalang, Purbalingga, Purwokerto, Riau, Sampang, Sampit, Sidoarjo, Sukoharjo, Sulbar, Sulsel, Sultra, Sumbar, Sumsel, Sumut, Tanaban, Tangsel, Tanjung Jabung Barat, Tegal, Tulung Agung, Wonogiri, Minhaj, Nuansa, Sako SPN, Sleman, Tulang Bawang, Wali Barokah, Zoyazaneta, Sulteng

About penulis penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *