Menjadi seorang mahasiswa doktoral bagi banyak orang tentu merupakan sebuah impian. Demikian pula bagi Anton Kuswoyo, Ketua DPD LDII Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan yang juga merupakan dosen Program Studi D4 Teknologi Pakan Ternak, Politeknik Negeri Tanah Laut ini mengaku sejak 5 tahun lalu sudah punya keinginan kuliah S3.
Hal ini karena baginya menjadi dosen itu artinya juga harus menjadi seorang peneliti. Sedangkan untuk bisa menjadi peneliti yang profesional syaratnya harus menjadi seorang doktor terlebih dahulu (lulusan S3). Keinginannya tarsebut baru terwujud tahun 2022 setelah dirinya dinyatakan lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) dan lulus seleksi beasiswa dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Anton mengaku untuk mewujudkan keinginan kuliah S3 ini tidak mudah. Setidaknya perlu persiapan minimal 3 tahun.
Mengapa harus 3 tahun? Karena saat mendaftar kuliah S3 di perguruan tinggi tujuan, selalu diminta pengalaman penelitian, pengabdian, dan publikasi ilmiah selama 3 tahun terakhir. Pengalaman 3 tahun terakhir ini akan menjadi penilaian untuk menentukan diterima tidaknya seleksi mahasiswa baru program doktor. Beruntung Anton bahkan sejak 5 tahun terakhir memiliki pengalaman ketiganya (penelitian, pengabdian, publikasi ilmiah) yang sangat relevan dengan perannya sebagai dosen Teknologi Pakan Ternak. Selain itu Anton juga mempunyai pengalaman non akademik yang cukup menarik untuk dijadikan bahan pertimbangan diterima menjadi mahasiswa S3. Selama ini dirinya aktif di berbagai organisasi keagamaan maupun sosial kemasyarakatan.
Selain menjadi Ketua DPD LDII Tanah Laut, ia juga pengurus Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Tanah Laut, anggota Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Tanah Laut, dan Pengurus Kelompok Sadar Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Pokdarkamtibmas) Bhayangkara Tanah Laut. Menurut Anton, rekam jejak di bidang akademik maupun non akademik sangat penting dimiliki agar seseorang bisa lanjut studi S3. Hal ini karena calon mahasiswa S3 akan menghadapi dua kali seleksi yang sangat ketat yaitu seleksi masuk perguruan tinggi tujuan dan seleksi beasiswa.
Masing-masing seleksi pun terdiri dari dua tahap yaitu seleksi administrasi dan seleksi wawancara (keilmuan dan kepribadian). “Standarnya bagi dosen memiliki track record di bidang akademik (tridharma) sudah cukup, namun jika ditambah memiliki pengalaman non akademik seperti memiliki kiprah di berbagai kegiatan keagamaan maupun sosial kemasyarakat, tentu akan memberikan nilai plus tersendiri”, ujar Anton. “Apalagi saat wawancara, kita juga diminta menceritakan peran atau kontribusi apa yang pernah kita lakukan terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar”.
Rupanya persiapan kuliah S3 tidak hanya itu saja. Ada hal non teknis namun sangat perlu dipersiapkan jauh hari sebelumnya yakni finansial. Anton punya pengalaman pahit tentang finansial ini, yakni saat dirinya harus membayar SPP terlebih dahulu sementara seleksi beasiswa masih sedang berlangsung. Artinya harus menalangi dulu meskipun belum tahu apakah nantinya lulus atau tidak lulus seleksi beasiswa.
Selain itu juga harus sewa kos, beli tiket pesawat terbang, dan biaya hidup. Sementara juga harus tetap memikirkan biaya hidup untuk keluarga di rumah. Menyiasati pengeluaran yang tidak sedikit itu, Anton pun memutar otak agar bisa berhemat. Bahkan dirinya harus rela tinggal di kos-kosan dekat kuburan demi mencari sewa kos yang paling murah di Bogor. Jarak rumah kos dengan pemakaman yang berisi belasan kuburan hanya sekitar dua meter saja. Bagi Anton yang selama ini tidak terbiasa tinggal di dekat kuburan, tentu ini merupakan pengalaman yang sangat menegangkan.
Tetapi Anton merasa bahagia sebab di lingkungan kampus IPB banyak tempat yang nyaman untuk sekedar duduk santai melepas penat, diskusi dengan teman kuliah atau untuk mengerjakan tugas. Di IPB banyak tersedia taman yang dilengkapi tempat duduk, meja, sekaligus colokan listrik. Ada juga gazebo di tepi danau yang bisa menjadi tempat belajar, bersantai, sekaligus menikmati pemandangan danau. Perpustakaan juga menyediakan banyak spot yang nyaman. Selain buku-buku yang lengkap, juga tempat duduk beraneka tipe; kayu, besi, dan sofa. Jika mau duduk lesehan juga disediakan tempat yang nyaman dan bersih.
Anton kuliah mengambil Program Doktor Ilmu Nutrisi dan Pakan pada Fakultas Peternakan IPB. Ia mengambil bidang minat Agrostologi yakni ilmu yang mempelajari tumbuhan hijauan pakan ternak. Dirinya bertekad untuk menjadi Doktor yang ahli di bidang penghijauan pakan ternak. “Karena di Kabupaten Tanah Laut belum ada Doktor bidang penghijauan pakan ternak, maka saya ingin menjadi orang pertama yang ahli di bidang itu. Apalagi di Kabupaten Tanah Laut adalah penghasil sapi terbanyak se Kalimantan Selatan, sehingga harus didukung dengan ketersediaan hijauan pakan ternak yang berkelanjutan. Di bidang Ilmu Nutrisi dan Pakan, IPB adalah satu-satunya kampus terbaik se Indonesia bahkan se kawasan ASEAN, sehingga saya pun memutuskan memilih IPB untuk kuliah S3”, pungkas Anton. (*)
Oleh: Anton Kuswoyo (contributor) / Noni Mudjiani (editor)